Judul : Perang Salib I 1096-1099, Penaklukan Tanah Suci
Penulis : David Nicolle
Illustrator : Christa Hook
Penerjemah : Damaring Tyas Wulandari Palar
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
ISBN13 : 978-979-91-0290-4
Vi + 109 hlm.; 17 cm x 24,8 cm, edisi bahasa Indonesia
"Perang Salib I 1096-1099, Penaklukan Tanah Suci " merupakan buku pertama dari tiga buku tentang Perang Salib dalam Seri Medan Laga milik David Nicolle. Selain mengikuti alur kronologis, buku ini, bab-babnya merupakan elemen-elemen dalam sebuah peperangan yaitu
berturut-turut adalah bab "Para Pemimpin yang Berhadapan," Pihak-Pihak yang Terlibat," Adu Rencana, dan bab terakhir adalah "Laga". dilengkapi dengan ilusrasi kejadian dan personal effect para prajurit dan kesatria dari kedua belah pihak pada waktu itu sehingga dapat
membantu pembaca memahami situasi yang coba dilukiskan oleh penulis. Adapula ilustrasi pergerakan medan tempur-medan tempur terpenting selama perang salib pertama lengkap dengan tahapan-tahapan peristiwanya.
Kaisar Byzantium Alexios I memainkan rencana politisnya merebut kembali wilayah yang sempat lepas, dataran Anatolia yang tercaplok Seljuk Rum setelah perang Manzikert. Dengan mengendarai pasukan yang berasal dari kerajaan-kerajaan di eropa barat yang sesungguhnya memiliki motivasi religius yaitu mengikuti seruan Paus Urbanus II untuk melancarkan perang salib.
Dari uraian penulis sangat terlihat fanatisme menjadi sebuah motivator yang sangat baik, jauh mengungguli teknologi maupun taktik perang, terlebih pasukan-pasukan muslim Seljuk yang sepertinya tidak terkoordinasi, dan pada awal peperangan yang menganggap enteng lawan sebagai tidak lebih dari peziarah-peziarah miskin yang fanatis. Dinasti Fatimid di afrika utara yang sangat kuat pada waktu itu tidaklah membantu karena terbelahnya umat muslim antara kaum syi'i dan suni, walaupun memang pada akhirnya Fatimid terlibat dalam peperangan ini. Sungguh berbeda dengan kondisinya tentara salib yang bersatu-padu menggabungkan kekuatannya dari seluruh penjuru eropa, mulai dari priyayi hingga rakyat jelata. Penghianatan dan persaingan yang memecah-belah dalam kaum suni pun memperparah keadaan.
Penulis : David Nicolle
Illustrator : Christa Hook
Penerjemah : Damaring Tyas Wulandari Palar
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
ISBN13 : 978-979-91-0290-4
Vi + 109 hlm.; 17 cm x 24,8 cm, edisi bahasa Indonesia
"Perang Salib I 1096-1099, Penaklukan Tanah Suci " merupakan buku pertama dari tiga buku tentang Perang Salib dalam Seri Medan Laga milik David Nicolle. Selain mengikuti alur kronologis, buku ini, bab-babnya merupakan elemen-elemen dalam sebuah peperangan yaitu
berturut-turut adalah bab "Para Pemimpin yang Berhadapan," Pihak-Pihak yang Terlibat," Adu Rencana, dan bab terakhir adalah "Laga". dilengkapi dengan ilusrasi kejadian dan personal effect para prajurit dan kesatria dari kedua belah pihak pada waktu itu sehingga dapat
membantu pembaca memahami situasi yang coba dilukiskan oleh penulis. Adapula ilustrasi pergerakan medan tempur-medan tempur terpenting selama perang salib pertama lengkap dengan tahapan-tahapan peristiwanya.
Kaisar Byzantium Alexios I memainkan rencana politisnya merebut kembali wilayah yang sempat lepas, dataran Anatolia yang tercaplok Seljuk Rum setelah perang Manzikert. Dengan mengendarai pasukan yang berasal dari kerajaan-kerajaan di eropa barat yang sesungguhnya memiliki motivasi religius yaitu mengikuti seruan Paus Urbanus II untuk melancarkan perang salib.
Dari uraian penulis sangat terlihat fanatisme menjadi sebuah motivator yang sangat baik, jauh mengungguli teknologi maupun taktik perang, terlebih pasukan-pasukan muslim Seljuk yang sepertinya tidak terkoordinasi, dan pada awal peperangan yang menganggap enteng lawan sebagai tidak lebih dari peziarah-peziarah miskin yang fanatis. Dinasti Fatimid di afrika utara yang sangat kuat pada waktu itu tidaklah membantu karena terbelahnya umat muslim antara kaum syi'i dan suni, walaupun memang pada akhirnya Fatimid terlibat dalam peperangan ini. Sungguh berbeda dengan kondisinya tentara salib yang bersatu-padu menggabungkan kekuatannya dari seluruh penjuru eropa, mulai dari priyayi hingga rakyat jelata. Penghianatan dan persaingan yang memecah-belah dalam kaum suni pun memperparah keadaan.