Judul: PERANG EROPA JILID III pengarang: P.K Ojong Penerbit: Penerbit Buku Kompas xii + 394 hlm.; 14cm x 21cm Jilid terakhir dari kompilasi serial tulisan P.K Ojong yang pernah dimuat di majalah mingguan Star Weekly ini mengisahkan secara kronologis pendaratan sekutu di pantai Normandia hingga akhir dari perang dunia III yang sekaligus dimulainya era perang dingin blok barat dengan blok timur. Seperti buku-buku sebelumnya, diulas kekejaman Nazi yan tidak hanya tertuju pada kaum yahudi, perjuangan rakyat Polandia khususnya di Warsawa dan visi politik Curcil dan Stalin yang melesat jauh kedepan secara menakjubkan. Dari segi teknologi, menarik sekali bahwa sebuah perang dapat mendorong manusia berinovasi dalam teknologi dengan sangat cepat. Bila dalam Perang Eropa Jilid II kita biisa melihat perkembangan jenis-jenis ranjau yang saling susul menyusul, atau teknologi radar, pada jilid I adalah kapal perang dan kapal selam, maka pada jilid terakhir Perang eropa ini dapat kita ketahui awal perkembangan roket jarak jauh berhulu ledak yang dalam perkembangannya kini menjadi rudal, atau dimulainya teknologi pesawat jet dan kapal selam listrik, juga penemuan pipa minyak bawah laut yang ternyata lahir dari hasil peperangan ini. Satu hal yang ingin saya komentari adalah mengenai doa Jendral Patton ketika cuaca buruk melanda, dan pada saat itu Jerman melakukan ofensif terakhirnya di Ardennes. Karena jika dibaca dalam buku ini, isinya yang begitu provokativ itu (menurut saya pribadi), membuat saya ingin merasakan emosi dari doa tersebut, maka untuk itu saya melakukan pencarian dalam versi bahasa aslinya, sayangnya dari semua hasil pencarian untuk doa Jendral Patton tentang cuaca, meruju hanya pada satu doa yang apabila diterjemahkan kentara sekali bedanya. Ilustrasi yang mendeskripsikan kejadiannyapun sangatlah berbeda, versi yang saya temukan (yang beredar secara umum pada saat ini) adalah, doa tersebut dibuat oleh seorang pendeta militer yang diminta oleh Jendral Patton untuk dibagikan dalam bentuk kartu pada serdadunya. Bukan doa yang diucapkan langsung oleh Jendral Patton Mungkin penulis menemukan sumber yang tidak bisa saya temukan, atau mungkin penulis menerjemahkannya secara bebas, entahlah. Halaman 209, Doa Jendral Patton … Pada saat itulah terjadi suatu peristiwa yang kemudian termasyhur, yaitu apa yang dinamakan Doa Jendral Patton”…….... Jendral yang berbadan padat dan besar ini berdiri disana (red: kapel), berdoa meminta bantuan Tuhan supaya cuaca buruk secepat mungkin diubah-Nya, supaya ia bisa melancarkan ofensifnya. “Saya tidak mendesak supaya Tuhan menciptakan sesuatu keajaiban. Yang saya mohon hanya cuaca terang selama empat hari. Berikan saya empat hari cuaca terang, sehingga semua pesawat saya bisa terbang , supaya pesawat-pesawat pengintai saya dapat mencari sasaran-sasaran bagi arteleri saya yang jempol. Berikan saya empat hari sinar matahari supaya lumpur yang menyusahkan ini menjadi kering, sehingga tank-tank saya dapat meluncur lagi, sehingga mesiu dan perbekalan dapat disampaikan kepada infantry saya yang kelaparan serta kekurangan peralatannya. Saya membutuhkan empat hari itu untuk mengirim Rundstedt dan angkatan perangnya, yang tidak mengenal Tuhan, ke Walhala mereka….” Sementara naskah doa Jenderal Patton hasil penelusuran saya: “Almighty and most merciful Father, we humbly beseech Thee, of Thy great goodness, to restrain these immoderate rains with which we have had to contend. Grant us fair weather for Battle. Graciously hearken to us as soldiers who call upon Thee that, armed with Thy power, we may advance from victory to victory and crush the oppression and wickedness of our enemies, and establish Thy justice among men and nations. Amen.” Beberapa dari sekian banyak sumber yang menuliskan doa Jendral Patton: http://www.lonesentry.com/blog/general-pattons-prayer-for-weather.html http://www.pattonhq.com/prayer.html http://www.politicalpoet.com/patton_prayer.asp http://www.yosoy.com/New%20Data/Fun%20&%20Photo/Christmas%201944%20~%20General%20Patton%27s%20Prayer.htm http://www.ww2talk.com/forum/news-articles/12749-patton-prayer-december-8-1944-a.html Perang Eropa (jilid II), oleh P.K. Ojong Editor R.B. Sogiantoro Penerbit Buku Kompas 409 + xii halaman Melanjutkan dari buku Perang Eropa Jilid I, akhirnya saya meyempatkan diri membeli jilid ke dua dari buku ini. Pembahasan buku ini beralih dari peperangan di pesisir utara benua afrika yang telah dimenangkan sekutu (dibahas di jilid satu) ke peperangan di daratan eropa dimana terjadi titik balik peperangan, Jerman yang semula ofensif berbalik menjadi difensif dan sekutulah yang mulai berperan ofensif. porsi terbanyak adalah mengenai invasi sekutu ke Itali dan kejatuhan Itali ke tangan sekutu yang menyebabkan perubahan geopolitik di benua eropa. Jika dibandung dengan buku pertama yang lebih dominan menceritakan arsenal, teknologi, strategi dan peperangan di lautan, maka pada jilid ke dua ini yang mendominasi adalah sistem pertempuran di udara dan sekelumit peristiwa mengenainya, dimana penguasaan di udara sangat berpengaruh untuk hasil akhir sebuah peperangan. Dibahas juga dalam salah satu bab-nya (masih) tentang perlombaan teknologi perang antara jerman dengan sekutu walau pembahasannya tidak sebanyak dalam buku jilid pertamanya. Juga di bab terakhir dikisahkan sebagian kecil dari kekejaman kebijakan politik nazi terhadap kaum Yahudi dan usaha kaum yahudi sendiri untuk menolong saudara sebangsanya. Di bagian awal buku diceritakan mengenai sekelumit perjuangan gerakan bawah tanah di berbagai daerah yang telah berhasil diduduki Jerman, yang sebenarnya mengingatkan saya akan film-film spionase yang sangat-sangat sering saya tonton sewaktu kecil bersama ayah saya, dan ini agak membuat saya sedikit jenuh di awal-awal membaca. Tetapi selepas itu, seperti yang saya rasakan saat membaca jilid pertama, buku ini kembali membuat saya kagum pada semangat juang dan patriotisme bangsa Polandia yang heroik. Jika di jilid pertama mengisahkan prajurit militer Polandia yang berperang secara kesatria tanpa rasa takut walau menghadapi lawan yang tidak seimbang, dalam buku ini dikisahkan perjuangan segenap rakyat Polandia yang bersikap homogen berjuang menentang terhadap pendudukan Jerman di negerinya. Juga ada kisah perjuangan Yoseph Broz Tito di Yugoslavia yang legendaris itu. Satu bab khusus membahas pernyataan presiden Amerika Serikat waktu itu, Franklin Roosevelt, ”unconditional surrender” yang ternyata memiliki dampak psikologis yang baru bisa saya pahami. Bahasan yang sangat menarik bagi saya, bagaimana sebuah pernyataan pendek dan sederhana dapat berdampak begitu besar pada sebuah peperangan dan slogan pendek tersebut terbukti tidak sesederhan seperti yang terdengar, well... got to think deep before we act. Sayang kisah pendaratan sekutu di Normandia yang masyhur itu belum dibahas dalam buku ini, sepertinya sang editor menyimpanya untuk jilid terakhir, jadi, sambil menunggu saya mendapat kesempatan untuk membeli jilid ke III dari seri Perang Eropa P.K. Ojong, saya kembali ke layar komputer untuk bermain game strategy Company of Heroes dan memimpin pasukan saya mendarat di pantai Normandia..., ciao. ............Maju!!!! Judul : Tawanan Benteng Lapis Tujuh, Jenis buku : Novel-biografi (Ibnu Sina) Pengarang : Husayn Fattahi 295 halaman Penerbit ZAMAN Walaupun nama Ibnu Sina sudah tidak asing lagi di telinga saya, tidak banyak yang saya ketahui akan sosoknya selain sebagai filsuf dan pelopor kedokter moderen di dunia islam. Secara runut buku Tawanan Benteng Lapis Tujuh ini mengisahkan perjalanan hidup tokoh yang juga dikenal dengan nama Avicenna ini. Satu hal yang menarik dari cara pengisahannya, alur hidup Ibnu Sina secara kronologis dikisahkan jarang sekali menggunakan waktu, tanggal ataupun umur dari tokoh utamanya melainkan berdasarkan urutan karya karya yang dilahirkan ibnu Sina sendiri. Sesuai genre-nya yang berjenis novel-biografi, sulit bagi saya pribadi mengetahui sejauh mana keaslian kisah sesungguhnya, sulit memisahkan mana bagian asli dari sejarah kehidupan Ibnu Sina dan mana bagian yang hanya bersifat novel, imajinasi dari pengarangnya. Terlepas dari ke-novel-annya, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari perjalanan hidup as-Syaikh ar-Rais Abu Ali Ibn Sina ini, dedikasinya yang sangat tinggi pada ilmu pengetahuan dan profesi, alur hidupnya yang naik turun secara darmatis, pelariannya, intrik dan fitnah yang mengitari kehidupannya dan akhir hidupnya yang tragis, membuat saya merenung, betapa hidup ini hanya sementara, dan kita tidak memiliki daya upaya dan kekuatan selain milik Allah. |
Menurut saya,
Menilai sejarah adalah mengenai perspektif, yang terpenting adalah bagaimana kita mengambil pelajaran daripadanya. Archives
May 2015
Categories |